Siapa yang tidak tahu bambu runcing? Kamu pasti sudah sering mendengar tentang benda yang satu ini. Ya, benda ini sangat besar jasanya pada kita semua. Bambu runcing merupakan senjata tradisional yang digunakan oleh tentara Indonesia dalam pertempuran melawan kolonialisme Belanda.

Tepatnya pada 10 November 1945, yang sekarang dirayakan sebagai Hari Pahlawan. Pada masa peperangan, bambu dibentuk meruncing layaknya tombak untuk menusuk musuh. Bambu runcing ini dibuat disebabkan terbatasnya senjata modern yang ada dan umtuk menunjukkan semangat di antara para prajurit sebagai warga sipil Indonesia. Demi mengenang semangat perjuangan ini, darah yang harus tumpah demi merebut sejangkal tanah yang merdeka, dibangunlah Monumen Bambu Runcing.

Bagi bangsa Indonesia bambu runcing bermakna sangat dalam. Tidak ada gambar dan film sejarah yang tidak menampilkan bambu runcing, bahkan bambu runcing sudah seperti “senjata bangsa” yang tidak khas daerah (seperti rencong dari Aceh). Awal sejarah munculnya bambu runcing terbilang unik. Ketika armada Jepang mendekati Pulau Jawa akhir Februari 1942, Belanda mengira akan menerjunkan pasukan payung Kalijati.

Lihat juga Jalan Tunjungan Surabaya Di Malam Hari

Maka diperluaslah ribuan bambu yang diruncingkan ujungnya untuk menyambut para pasukan Jepang. Ternyata Jepang mendarat di pantai laut dekat Eretan, langsung menuju Subang dan mengancam Kalijati, yang akhirnya jatuh juga. Ribuan bambu tadi (yang niatnya digunakan Belanda untuk menghadang dan menjebak pasukan Jepang) karena ujungnya runcing oleh Jepang justru dijadikan alat latihan baris berbaris para pemuda Seinendan, Keibodan, Gakutotai, Hizbullah, dan lain-lain. Para pemuda dengan penuh semangat mempergunakan “takeyari” ini untuk ditunjukkan kepada musuh Jepang yakni sekutu, termasuk Belanda.

Tapi setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh para pejuang digunakan untuk melawan Jepang maupun Belanda, sehingga bisa dibilang senjata makan tuan. Diceritakan bahwa Dr. Moestopo membakar ujungnya sampai hangus dan dimasukkan ke dalam kotoran kuda, lalu digunakan untuk menakut-nakuti Jepang. Akhirnya pasukan Jepang lari terbirit-birit karena takut tetanus, dan dalam periode selanjutnya bambu runcing digunakan untuk bertempur secara nyata bukan untuk menakut-nakuti lagi. Maka dari itu bambu runcing dimaknai sebagai simbol keberanian dan pengorbanan dalam meraih kemerdekaan.

Monumen Bambu Runcing

Pencetus gerakkan perjuangan dengan senjata bambu runcing, dalam pengertian massal dan nasional, sampai saat ini memang belumlah sangat jelas. Senjata bambu runcing pernah dipakai latihan ketentaraan Seinendan pada zaman Jepang. Tetapi khusus penggunaan senjata bambu runcing dengan doa, pengisian tenaga dalam, memang hal ini secara tegas dapat dikatakan, di mulai dari Parakan, Temanggung. Siapa para Kiai yang terlibat, ada beragam pandangan. Namun semua mengerucutkepada tokoh penting di Parakan yakni K.H. Subkhi (Subuki) dan K.H.R. Sumo Gunardo, dan para Kiai lain di Parakan dan Temanggung.

Lokasi Monumen Bambu Runcing terletak di jalan Panglima Sudirman, berdekatan dengan Kebun Binatang Surabaya, Tunjungan Plaza, Surabaya Plaza, dan Tugu Pahlawan Surabaya. Monumen Bambu Runcing adalah ikon pariwisata Surabaya yang berhubungan dengan situs sejarah perjuangan bangsa. Para pengunjung yang datang ke Surabaya akan langsung mengenali keberadaan monumen ini saat melintasinya.

Monumen ini terdiri dari 5 pilar dan memiliki tinggi yang tidak sama dan dibentuk seperti bambu runcing. Pada saat tertentu, air akan keluar dari masing-masing lubang bambu layaknya air mancur. Dan pada malam hari, air mancur yang keluar akan tampak warna-warni dengan lampu hias. Monumen Bambu Runcing ini pun dikelilingi oleh taman kecil yang penuh dengan beragam tanaman hias sehingga memberi kesan asri dan segar di tengah hiruk pikuk jalanan.

Lokasinya yang berada di jantung kota Surabaya, membuat Monumen Bambu Runcing ini menjadi jujugan warga Surabaya karena mudah sekali diakses dari berbagai arah. Biasanya saat mendekati tengah malam, anak-anak muda dari klub motor berkumpul di sekitar monumen ini. Tentu saja suasana akan menjadi ramai karena mereka akan berada disana selama beberapa waktu di area monumen. Monumen yang berbentuk potongan-potongan bambu runcing dalam bentuk raksasa ini juga akan sangat ramai pada akhir pekan.

Saat weekend menjadi pilihan bagi keluarga-keluarga di Kota Surabaya untuk menghabiskan waktu bersama di sekitar monumen ini. Dan pengunjung di pagi hari saat akhir pekan biasanya adalah penggemar gowes. Warga disekitar monumen bisa saja datang tiap pagi untuk jalan santai maupun untuk jogging. Namun, sebagian besar pengunjung datang di malam hari untuk menghindari sinar matahari yang terik. Monumen Bambu Runcing juga berseberangan jalan dengan gardu listrik tua peninggalan jaman Belanda. Kamu bisa melihat-lihat gardu kuno itu dan berfoto untuk tambahan koleksi fotomu.

Jika kamu merasa lapar saat berkunjung di sekitar Monumen Bambu Runcing, kamu bisa lanjutkan perjalanan ke jalan-jalan sekitarnya. Kamu bisa menjumpai beberapa resto terdekat disana. Untuk akomodasi, perlu diketahui bahwa Monumen Bambu Runcing berada di sepetak tanah yang terbuka untuk umum, diapit oleh ramainya lalu lintas di semua sisi tamannya. Untuk mencapai bagian tengah taman, dekat dengan monumennya, kamu tak perlu membayar sepeserpun alias gratis. Hanya apabila membawa kendaraan pribadi seperti motor maupun mobil, pastikan terparkir aman sebelum kamu tinggalkan.

Sedangkan untuk akses transportasi kamu bisa sampai di Jalan Panglima Sudirman dengan menggunakan kendaraan pribadi. Dari terminal Bungurasih tidak ada angkutan umum (kecuali taksi) yang langsung melewati Jalan Panglima Sudirman, namun kamu dapat memilih bis kota untuk menuju Jembatan Merah. Begitu sampai disana, bis kota tersebut nantinya akan berbalik rute kembali ke terminal Bungurasih dan melewati Jalan Panglima Sudirman. Sebelum sampai di Jalan Panglima Sudirman, bis kota akan melewati Jalan Pemuda. Saat berbelok ke Jalan Panglima Sudirman, kamu sebaiknya menentukan pemberhentian di halte terdekat untuk turun.

Nantinya, di tengah-tengah Jalan Panglima Sudirman tersebut kamu dapat melihat Monumen Bambu Runcing persis berada di tengah Jalan Panglima Sudirman. Disebelah timurnya terdapat Emblong Ploso dan disebelah barat terdapat jalan Embong Sawo.

Monumen Bambu Runcing terbaru

Atau kamu bisa menyewa kendaraan seperti mobil maupun bus di sewabussurabaya.com agar mempermudah kamu mengunjungi wisata-wisata yang ada di Surabaya, termasuk mengunjungi Monumen Bambu Runcing. Karena monumen ini berdekatan dengan Tugu Pahlawan, Surabaya Plaza, dan Kebun Binatang Surabaya maka jika kamu sudah bisa menemukan salah satu diantaranya, berarti posisimu pasti sudah dekat dengan Monumen Bambu Runcing.

Sebelum berwisata ke Monumen Bambu Runcing, alangkah baiknya kamu mempersipkan beberapa hal seperti obat-obatan, baju ganti jika memiliki anak kecil, mengetahui informasi cuaca, dan jangan lupa untuk selalu mengecek kondisi kendaraan sebelum berangkat.

Lihat juga Wisata Religi Masjid Al-Akbar Surabaya

Dan sebagai tambahan informasi, bahwa Monumen Bambu Runcing juga bisa kamu temukan di daerah Magelang. Lokasi monumen tersebut tepatnya berada di Jalan Pemuda Barat, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Dibangun pada tahun 70-an, monumen ini sekarang menjadi area taman bermain bagi seluruh warga Muntilan dan sekitarnya. Semoga bermanfaat.

4/5 - (2 votes)