Bukanlah hal yang sulit untuk menggambarkan betapa hebat dan istimewanya kota Surabaya. Mengapa tidak? Begitu banyak memori sejarah dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang terukir jelas di kota yang mendapat julukan ‘Kota Pahlawan’ ini. Hal ini dikarenakan sejarahnya yang sangat luar biasa dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-Pemuda Surabaya) dalam sikap mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah saat itu.
Kalau kamu pertama kali datang ke Surabaya maka kamu akan melihat patung Ikan Hiu dan Buaya yang terlihat seperti sedang bertarung. Pertarungan itu melambangkan perjuangan keras masyarakat Surabaya antara daratan dan lautan. Kini, Surabaya telah menjadi Kota Metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta. Sebagai Kota Metropolitan di provinsi tersebut, Pemerintah Kota (PemKot) Surabaya terus berusaha menata diri untuk menarik para wisatawan domestik maupun manca negara melalui berbagai jenis wisata di Surabaya seperti wisata alam, wisata sejarah, maupun wisata religi. Salah satu tempat yang wajib kamu kunjungi saat berkunjung ke Surabaya adalah Jalan Tunjungan.
Kawasan Tunjungan memang menarik untuk dijadikan destinasi wisata sejarah di Surabaya. Kenangan masa lalu masih bisa kita lihat dari deretan bangunan kuno bekas peninggalan Hindia-Belanda. Setiap gedungnya menyimpan pesona bentuk dan detail masing-masing.
Jalan Tunjungan sendiri jika dilihat dari sisi bahasa memiliki makna yang unik. Tunjungan berasal dari kata ‘Tunjung’ yang berarti bunga teratai putih dalam bahasa Jawa. Sehingga yang dimaksud dengan tunjungan adalah tempat bunga teratai putih tumbuh bermekaran. Kata Tunjung juga bisa diartikan sebagai bagian ujung dari tombak yang biasanya terbuat dari bahan logam.
Lihat juga Wisata Religi Masjid Al-Akbar Surabaya
Jalan Tunjungan sejak awal abad ke-20 sudah menjadi salah satu pusat komersial Kota Surabaya. Posisinya yang berada di tengah menjadikan Jalan Tunjungan sebagai penghubung antara area pemukiman Sawahan, Ketabang, Darmo, dan Gubeng dengan area perdagangan Jembatan Merah. Dahulunya, segitiga emas Tunjungan, yang mencakup Jalan Embong Malang, Blauran, dan Praban, dikenal sebagai pusat bermacam-macam barang. Jalan Blauran terkenal dengan toko-toko emasnya, Jalan Praben terkenal dengan industri sepatunya, sementara Jalan Embong Malang terkenal dengan industri bisnis kreatif seperti biro iklan. Apapun yang kamu cari, pasti bisa ditemukan di tempat-tempat ini.
Pada abad itu, Jalan Tunjungan sudah memiliki toko agen penjual mobil, restoran, toko serba ada, dan lain-lain. Bangunan-bangunan tersebut beberapa sudah dirobohkan kemudian diganti dengan bangunan dan fungsi yang baru, sebagian lain masih digunakan dan dirawat sampai sekarang. Seperti gedung Siola yang dibangun pada tahun 1920-an dengan nama Whiteaway Laidlaw.
Awalnya bangunan ini merupakan toko serba ada milik seorang konglomerat Inggris yang kemudian pada tahun 1940 toko ini diambil alih oleh pihak Jepang dan diganti namanya menjadi Toko Chiyoda. Sekitar tujuh tahun silam, gedung pusat perbelanjaan ini sempat terkenal dengan nama Tunjungan City, tapi kini lebih dikenal dengan sebutan gedung Siola yang merupakan akronim dari para pendirinya, yaitu Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Aang.
Pengaruh Jalan Tunjungan ini mampu menjadi dasar nama pusat perbelanjaan terkenal di Kota Surabaya seperti Tunjungan Plaza, dan Hotel Tunjungan, padahal kedua tempat ini terletak di antara Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Embong Malang. Bangunan bersejarah seperti Hotel Majapahit Surabaya juga terletak di Jalan Tunjungan.
Perkembangan Jalan Tunjungan terjadi begitu pesat, semakin banyak bermunculan area perdagangan yang memenuhi kawasan ini dan juga sekitarnya. Sekarang, ada sekitar 70 bangunan disepanjang Jalan Tunjungan. Kondisi terbaru Jalan Tunjungan saat ini adalah adanya berbagai projek revitalisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Surabaya. Pemerintah Surabaya ingin menjadikan Jalan Tunjungan sebagai satu public center. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan adanya pelebaran jalan untuk area pejalan kaki, perbaikan saluran air, dan mengadakan even-even yang mampu menarik wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menargetkan Jalan Tunjungan mampu sejajar dengan Jalan Malioboro di Jogja ataupun seperti Jalan Boulevard yang ada di Bandung. Beberapa langkah yang diambil Pemerintah Kota Surabaya ialah dengan seringnya menggelar even-even. Berikut beberapa acara yang diadakan Pemerintah Surabaya.
Gelar Festival “Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan”
“Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan”, sebuah kegiatan yang bermakna “Jalan-Jalan ke Tunjungan”. Acara ini dimulai pukul 16.00 WIB hingga 23.00 WIB disepanjang Jalan Tunjungan. Jalan dengan panjang 0,65 kilometer ini pun sering diadakan car free day. Acara ini memang bertujuan untuk mengakomodir sektor perdagangan di Jalan Tunjungan sendiri dan juga sekitar Surabaya. Inilah yang kemudian menginspirasi Jalan Tunjungan untuk memiliki kesamaan dengan Jalan Malioboro dan Jalan Boulevard. Kadisbupdar Surabaya, Widodo Suryanto mengatakan, agar Jalan Tunjungan “naik kelas” pemerintah kota akan lebih sering menyelenggarakan festival-festival besar.
Bukan Gudeg, Semanggi Suroboyo dan Makanan Khas Lain yang Disajikan
Jika di Jalan Malioboro pelancong mudah menemukan Gudeg, maka pada festival Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan akan banyak dijumpai jajanan khas Suroboyoan. Widodo menjamin semua akan puas jika datang ke acara ini.
Lihat juga Wisata Alam Kebun Bibit Surabaya
“Kalau di Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan akan ada kuliner Semanggi Suroboyo, Rujak Cingur, Lontong Kupang, Lontong Balap dan Nasi Bakar Suroboyo.” Widodo pun mengajak UKM binaan Pemerintah Kota (PemKot) untuk berjualan di di festival tersebut.
Tidak sampai disitu saja, Kota Surabaya pun menyulap wajah Jalan Tunjungan dengan lampu-lampu hias yang indah dan menarik. Bentuk lampunya beragam. Ada yang mirip ekor merak, lampion, boneka hingga pernak-pernik lainnya. Hadirnya lampu-lampu cantik tersebut membuat jalan ini semakin ramai dikunjungi masyarakat ketika malam tiba, khususnya anak muda. Ada yang menikmati keindahan ini dengan berjalan santai bersama keluarga, ada yang sekedar duduk di bangku yang disediakan disepanjang jalan, hunting foto untuk diupload di sosial media, serta foto untuk prewedding.
Jalan Tunjungan pun memiliki beberapa spot ala Eropa, tepatnya disamping Hotel Majapahit. Jalan ini memiliki desain yang unik, didominasi oleh warna kuning dan lukisan yang artistik. Sementara Hotel Majapahit sendiri adalah hotel mewah yang juga bersejarah. Masih ingat dengan peristiwa perobekan bendera Belanda? Ya, peristiwa itu terjadi di hotel ini. Hotel ini pun memiliki bentuk bangunan yang unik dengan gaya mirip luar negeri. Tapi, meskipun sekilas memang seperti di luar negeri, hotel ini memiliki interior yang khas Indonesia.
Di era teknologi seperti sekarang, untuk mengetahui rute kesana, kamu cukup gunakan aplikasi google map di handphone-mu yang akan membantumu sampai ke tujuan dengan lebih mudah. Untuk akses transportasi, seiring dengan diperlebarnya area pedestrian oleh PemKot Surabaya, Jalan Tunjungan menjadi lebih sempit. Jika kamu tertarik untuk mengunjungi Jalan Tunjungan bersama keluarga maupun kerabat, kamu bisa coba menggunakan jasa sewa bus ataupun rental mobil di sewabussurabaya.com sebagai pilihanmu untuk menelusuri tempat-tempat wisata di Surabaya. Semoga bermanfaat.